Nikah,
setiap inshan manusia pasti menginginkannya, suatu mahligai pernikahan dengan
orang terkasih, yang memang telah Allah siapkan bagi kita, walaupun saat ini
kita belum bisa menjemputnya. Di sisi lain, banyak diantara kita yg sudah
menemukan pelabuhan cinta dan bahkan banyak yg sudah menempuh jalan pernikahan,
namun masih belum menemukan arti sesungguhnya sebuah pernikahan. Lantas apa yg
salah dari pernikahan mereka? Bukankah suami – istri merupakan teman hidup yang
saling melengkapi, selalu bersama dikala suka dan duka?
Niat,
menjadi salah satu factor penyebabnya. Apa sebenarnya niat kita menikah? Sudah
benarkah niat kita? Sudahkah kita berusaha memperbaikinya? Demikaian tadi
adalah beberapa pertanyaan yg harus kita jawab dan temukan solusinya. Sudah
banyak hadist masyhur yg menerangkan betapa pentingnya sebuah niat sebelum
melakukan suatu amal perbuatan, seperti hadist dari
Amirul mu'minin Abu Hafs iaitu Umar bin Al-khaththab bin Nufail bin Abdul 'Uzza
bin Riah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin 'Adi bin Ka'ab bin Luai bin
Ghalib al-Qurasyi al-'Adawi r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda [3] :
"Hanyasanya
semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan hanyasanya bagi
setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya. Maka barangsiapa yang
hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itupun kepada Allah dan
RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu untuk harta dunia yang hendak
diperolehinya, ataupun untuk seorang wanita yang hendak dikahwininya, maka
hijrahnyapun kepada sesuatu yang dimaksud dalam hijrahnya itu."
(Muttafaq
(disepakati) atas keshahihannya Hadis ini)
Maka niat yang baik
dalam suatu pernikahan insyaAllah akan lebih memberikan ketentraman dalam
menjalani mahligai pernikahan nanti. Selalulah berharap agar Allah senantiasa
meridloi apa yg kita kerjakan. Dan mari kita jadikan pernikahan sebagai salah
satu jalan menuju ridlo Allah dan syurga-Nya, sebagai sarana peningkatan
kualiatas diri bersama – sama dengan si belahan hati. Betapa ruginya seorang
suami yg membiarkan istrinya dalam kemaksiatan kepada Tuhannya sementara dia
hanya sibuk memperbaiki dirinya sendiri dan juga betapa ruginya seorang istri yang tidak berusaha
mengingatkan dan mendorong suaminya dalam hal
kebaikan. Marilah merenungi kembali hadist berikut ini agar kita lebih
termotivasi dalam memperbaiki niat dan mensegerakan untuk menikah bagi yang
mampu.
Nabi Saw. bersabda:
"Barang siapa menikah karena Allah Swt. dan menikahkan karena Allah Swt.,
maka dia berhak menyandang sebagai wali Allah."
Nabi
Saw. bersabda: "Keutamaan orang yang berkeluarga atas orang yang bujangan,
seperti halnya keutamaan orang yang berjuang dengan orang yang berdiam diri. Shalat
dua rakaat yang dilakukan oleh orang yang sudah berkeluarga lebih baik dari
pada delapan puluh dua rakaat shalat yang dilakukan oleh orang bujangan."
0 komentar:
Posting Komentar