Kata Pengantar
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
الحمد لله وكفى، والصلاة والسلام على سيدنا المصطفى أما بعد:
Wahabi atau wahhabiyyah adalah sebuah
sebutan untuk para pendukung paham Muhammad bin Abdul Wahhab. Walaupun
mereka menolak penisbatan wahabi/wahabiyyah ini atas gerakan kelompok
mereka, namun para tokoh dan ulama mereka sendiri mengakui dan
membanggakan penyebutan wahhabi /wahabiyyah terhadap kelompok pembela
paham Muhammad bin Abdul Wahhab ini sebagaimana akan penulis terangkan
dalam buku ini.
Sekte Wahhabi ini sejak awal
kemunculannya hingga saat ini selalu terjadi bentrok dengan mayoritas
kaum muslimin lainnya, disebabkan paham-paham yang mereka bawa banyak
berseberangan dengan paham mayoritas kaum muslimin yang sejak dulu
berpaham Ahlus sunnah wal-Jama’ah. Sekte wahhabi ini selalu berteriak
lantang mengajak kaum muslimin untuk kembali pada tauhid yang murni
versi mereka dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan dan kekafiran,
karena menurut mereka sejak masa Muhammad bin Abdul Wahhab bahkan
sebelum kelahirannya hingga saat ini, pada umumnya kaum muslimin telah
banyak melakukan perbuatan jahiliyyah, syirik dan kufr yang menyebabkan
keluar dari Islam seperti melakukan praktek tawassul dengan nabi atau
orang shaleh yang telah wafat. Dan tidak sedikit perkara furu’ ijtihadiy
(masalah cabang yang yang masih diperselisihkan ulama) mereka jadikan
perkara ushul (pokok) yang jika bertentangan dinilainya bid’ah, musyrik
atau kafir sehingga sering kali lisan mereka, kitab-kitab, buku-buku,
situs, majalah, bulletin, radio, televisi dan media lainnya tidak sepi
dari vonis-vonis syirik, kafir atau bid’ah bagi yang bersebrangan dengan
akidah dan qaidah mereka.
Bahkan banyak sekali perkara furu’ yang
terjadi saling vonis bid’ah sesama kelompok mereka sendiri, misalnya
Ibnu Utsaimin menilai perkara meletakkan kedua tangan di dada setelah
ruku’ adalah sunnah,[1] namun Albani menilainya itu bid’ah dhalalah.[2]
Ketika kita sodorkan fakta ini pada mereka, maka mereka mungkin akan
menjawab “ Ulama kami berijtihad, jika benar maka mendapat dua pahala
dan jika salah, maka mendapat satu pahala “, lantas apa bedanya dengan
para ulama besar yang berbeda pendapat dalam masalah semisal maulid,
talqin, membaca Quran di kuburan dan lainnya?? Ya, mungkin prinsip
mereka adalah jika ulama mereka saling berselisih, maka mereka
menilainya itu ijtihad bukan bid’ah tetapi jika ulama di luar kelompok
mereka berselisih, maka mereka menilainya bid’ah atau sesat. Misal
lainnya : Ibnu Baaz[3] dan Ibnu Utsaimin[4] mengatakan bahwa menggunakan tasbih ketika berdzikir bukanlah bid’ah, sedangkan Albani[5], Ibnu al-Fauzan[6]
dan Bakar Abu Zaid mengatakannya bid’ah dhalalah bahkan hal itu
menyerupai dengan orang-orang kafir. Fa subhanallah Muqassimil ‘uquul..
Slogan yang mereka dengungkan di
tengah-tengah kaum muslimin memang terdengar bagus dan indah di telinga
seperti “ Kembali kepada al-Quran dan Sunnah “, “ Tidak ada tempat
meminta kecuali hanya kepada Allah “, “ Tidak ada pertolongan kecuali
dari Allah “, sehingga tidak sedikit kaum muslimin yang terpengaruh oleh
paham mereka. Namun slogan-slogan yang mereka dengungkan realitanya
tidaklah sesuai dengan ajaran Ahlus sunnah waljama’ah meskipun mereka
mengakui sebagai Ahlus sunnah waljama’ah satu-satunya, slogan-slogan itu
tidaklah jauh berbeda dengan apa yang telah disindir oleh sayyidina Ali
Radhiallahu ‘anhu “ Kalimaatu haqqin uriida bihaal baathil “, “ Kalimat haq tapi yang dimaksud adalah kebatilan.
Dakwah mereka bukan membawa kedamaian
dan persatuan umat Islam justru malah membawa perpecahan dan permusuhan
di antara kaum muslimin sendiri, sehingga terjadi konflik tajam yang
berkepanjangan seakan tak akan pernah ada habisnya. Inilah fitnah
terbesar dalam agama yang jauh-jauh hari telah dinformasikan oleh Nabi
shallahu ‘alaihi wa sallam :
عَنِ ابْنِ
عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اِسْتَقْبَلَ
مَطْلَعَ الشَّمْسِ فَقَالَ مِنْ هَا هُنَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
وَهَا هُنَا اْلفِتَنُ وَالزَّلاَزِلُ وَاْلفَدَّادُوْنَ وَغِلَظُ
اْلقُلُوْب
Dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap ke arah matahari terbit seraya bersabda “Dari
sini muncul tanduk setan, dari sini muncul fitnah dan kegoncangan dan
orang-orang yang bersuara keras dan berhati kasar “. [HR. Thabrani, Mu’jam Al Awsath 8/74 no 8003]
Dalam hadits lainnya Nabi bersabda :
سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمانِ
قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَ
خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ
يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ،
فَإذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْراً
لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَة
“ Akan keluar di akhir zaman, suatu
kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sebaik-baik manusia (Hadits
Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka,
mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari
busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka,
karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di hari kiamat
“.(HR. Imam Bukhari : 3342)
Dalam buku ini penulis menguraikan
sejarah awal kemunculan sekte takfir (mudah memvonis kafir), tasyriik
(mudah memvonis syirik) dan tabdii’ (mudah memvonis bid’ah) ini agar
kaum muslimin lebih mengetahui doktrin-doktrin menyimpang yang dibangun
oleh mereka sehingga harapannya nanti tidak mudah dipengaruhi oleh
manisnya rayuan dakwah mereka di balik topeng yang mengatasnamakan
tauhid dan shalaf shaleh. Dalam buku ini penulis juga menguak secara
ringkas sejarah kaum Khawarij yang telah diinformasikan oleh Nabi
shallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak haditsnya sejak masa Nabi, imam
Ali dan generasi-generasi Khawarij selanjutnya yang mewarisi doktrin
takfirnya salah satunya sekte Wahhabi ini yang sekarang bermetamorfosis
menjadi salafi atau salafiyyah yang mengklaim kelompok merekalah
pengikut manhaj salaf shaleh satu-satunya.
Refrensi sejarah dan ajaran sekte ini,
penulis nukil dari kitab-kitab karya ulama mereka (wahabi) sendiri baik
yang sezaman dengan pendiri mereka atau bahkan karya-karya syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri maupun para ulama setelahnya agar
penjabarannya menjadi terang, adil dan jelas. Baik kitab-kitab
sejarahnya, ideology, fiqih maupun kumpulan fatwa-fatwa ulama mereka.
Dan sebagian juga kami ambil dari karya tulis para ulama mu’tabar di
luar sekte ini sebagai penyeimbang informasi.
Buku ini penulis bagi menjadi enam bab sebagai berikut :
Bab I menguraikan
sejarah ringkas Muhammad bin Abdul Wahhab yang penulis sertakan scan
redaksi dari kitab-kitab sejarah ulama Wahhabi sendiri dan sedikit dari
kitab sejarah ulama Ahlus sunnah selain mereka sebagai penyeimbang
informasi. Pada bab ini, penulis angkat penuturan sejarawan Wahhabi
dalam kitab-kitab sejarah mereka yang berbicara secara tulus dan bangga
berkenaan kerancuan paham, keberingasan dan kekejaman Muhammad bin Abdul
Wahhab dan para pengikutnya yang dianggap sebagai paham Islam yang
murni, dan dianggap telah sesuai dengan al-Quran dan manhaj Nubuwwah.
Dan setiap selesai penukilan, penulis tuangkan komentar penulis sebagai
penjelas dan klarifikasi pada persoalan yang terjadi sebenarnya, agar
memberikan pemahaman yang jelas dan sesuai realitanya pada pembaca.
Bab II menguraikan
tentang fitnah tanduk syaitan yang telah diinformasikan oleh Nabi
shallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits sahihnya. Dalam bab ini,
penulis berusaha menjelaskan secara detail posisi letak munculnya fitnah
dan kegoncangan dahysat tersebut secara ilmiyyah, sesuai kaidah ilmu
hadits dan ushul fiqih, di mana hal ini juga menjadi konflik dan dilema
di dalam memahami makna dan menetapkan posisinya, penulis sertakan pula
komentar para ulama mu’tabar dari berbagai ahli disiplin ilmu, baik ahli
tafsir, hadits, fiqih, nahwu, buldan dan ilmu geografi.
Penulis juga memaparkan hadits-hadits
sahih yang menerangkan sifat dan ciri-ciri para pembawa fitnah tanduk
syaitan tersebut disertai komentar para ulama Ahlu sunnah yang mu’tabar
yang juga terkait dengan munculnya kaum Khawarij dan Wahhabi ini. Dalam
bab ini penulis juga menyebutkan beberapa fitnah yang terjadi di Najd
sesuai histori yang ada dalam kesaksian kitab-kitab ulama sejarah.
Bab III menguraikan
sebagian penyimpangan kaum wahabi yang menyebabkan terjadinya konflik
dengan kaum muslimin lainnya dan bantahan atasnya secara ilmiyyah dan
aergumentativ.
Bab IV menguraikan
konsep tauhid wahhabi yang menjadi dasar konflik dengan mayoritas kaum
muslimin. Pembagian tauhid yang mereka ada-adakan menjadi problem yang
merenggangkan keharmonisan di tengah-tengah umat Islam. Sehingga
muncullah pemahaman takfir, tasyrik, tabdi’ dan tadhlil kepada mayoritas
umat Islam dan bahkan kepada para ulama besar Ahlus sunnah wal-Jama’ah.
Bantahan atas pembagian tauhid yang bathil ini, juga penulis paparkan
secara detail dan aergumentativ.
Bab V menguraikan
konsep aqidah tajsim kaum Wahhabi khususnya dari para ulama mereka
belakangan ini yang semakin menyimpang jauh dari sebelumnya. Konsep
akidah yang mensifati Allah dengan sifat-sifat makhluk hingga pada taraf
menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, Naudzu bilahi min dzaalik…
Penulis sertakan pula ucapan-ucapan para ulama besar dari kalangan salaf
dan khalaf tentang akidah yang dibawa oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi
wa sallam dan para sahabatnya.
Bab VI menguraikan
kegoncangan dan kontradiksi yang terjadi di kalangan Wahhabi sendiri
dalam masalah akidah yang membuktikan bahwa akidah mereka bathil dan
bukan berasal dari akidah Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam yang
diikuti oleh para sahabat dan mayoritas ulama Ahlus sunnah wal-Jama’ah.
Semoga buku ini menjadi bagian dari
benteng akidah Ahlus sunnah wal-Jama’ah dan menjadi obat penawar dari
virus-virus wahabisme yang sudah menjangkiti sebagian saudara-saudara
kita.
Terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada guru besar penulis al-Fadhil, al-‘Alim, al-Karim ibnu al-karim
al-Habib al-Ustadz Taufiq bin Abdul Qadir as-Seggaf yang telah
membimbing dan mendidik penulis di pesantrennya sehingga penulis banyak
mendapatkan ilmu agama yang bermanfaat sesuai ajaran Ahlus sunnah
wal-Jama’ah dan para salaf shaleh. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada al-Ustadz Muhammad Ma’ruf ketua Lembaga Bahtsul Masail NU
Surabaya yang telah mendukung penulis di dalam merealisasikan karya
tulis ini dan juga kepada pihak penerbit Khalista yang telah bersedia
menerbitkan buku ini, semoga Allah subhanahu wa Ta’aala membalas
semuanya dengan sebaik-baik balasan. Kritik dan saran yang membangun,
penulis harapkan dari pembaca sekalian demi kebaikan dan perbaikan buku
ini dalam edisi-edisi berikutnya.
وَمَا تَوْفِيْقِي اِلاَّ بِاللهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Pasuruan, 10 Maret 2013
Achmad Imron R
(FB : Ibnu Abdillah Al-Katibiy)
(FB : Ibnu Abdillah Al-Katibiy)
[1] Lihat kitab Majmu’ Fatawa wa Rasaail Syaikh Ibnu Utsaimin jilid 13 bab shifatir ruku’
[2] Lihat kitab Shifah shalatin Nabi, Albani : 120
[3] Khalid bin Abdurrahman al-Jarisyi Ulama al-Balad al-Haram : 989
[4] Khalid bin Abdurrahman al-Jarisyi Ulama al-Balad al-Haram : 990
[5] Qamus al-Bida’ : 695
[6] Lihat al-Bida’ wa al-muhdatsat : 435
Download Free E-Books : Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi
Sumber : Kios Santri